Judul : Kumpulan Pengalaman Pribadi 2016
link : Kumpulan Pengalaman Pribadi 2016
Kumpulan Pengalaman Pribadi 2016
Liburan semester ganjil yang lalu, aku dan teman-teman dari kelas 7 sampai dengan kelas 8 mengikuti perkemahan sekolah di Jayagiri, di kaki gunung Tangkuban Perahu. Aku dan rombongan sekolah berangkat menggunakan 2 bus. Perjananan kami tempuh selama kurang lebih 3 jam.
Sesampainya di sana, aku dan teman-teman mencari tempat untuk mendirikan tenda. Kami menelusuri setiap titik tempat yang bagus dan layak untuk mendirikan tenda. Kurang lebih 2 jam pencarian tempat, akhirnya kami menemukan tempat yang cocok untuk mendirikan tenda. Tempat tersebut berada agak di atas kaki gunung Tangkuban Perahu. Tempat tersebut memiliki pemandangan yang bagus dan kondisi tanahnya yang datar memudahkan kami untuk mendirikan tenda dengan cepat.
Pada hari kedua, aku dan teman-teman melakukan pendakian ke gunung Tangkuban Perahu. Kegiatan ini sangat melelahkan bagi kami. Namun, kegiatan ini juga sangat menyenangkan. Karena kami dapat menikmati pemandangan kebun teh yang sangat luas dan indah, menghirup udara yang sangat segar, serta mendengar kicauan burung dan gemercik air air yang mengaris diantara bebatuan suangai.
Baguku, saat yang paling menyenangkan adalah saat kami tiba di lokasi kawah Tangkuban Perahu. Rasa lelah dan peluh keringan terasa hilang digantikan oleh rasa puas dan menyenangkan yang sukar untuk dilukiskan dengan kata-kata.
Esok paginya, kami harus bersiap-siap untuk kembali ke sekolah. Kemudian kami harus membongkar lagi tenda yang kami bangun. Setelah semua beres dan rapi, kami semua menaiki bus yang telah siap. Selama perjalanan pulang, banyak dari kami yang tertidur di mobil. Hanya beberapa temanku yang masih sibuk melihat foto-foto kegiatan perkemahan yang baru saja kami lakukan. Sesampainya di sekolah, aku dan teman-teman sudah ditunggu oleh orangtua kami masing-masing.Bangun Kesiangan
Semalam, aku bermain game bersama teman-teman hingga larut malam. Hingga esok harinya, aku begitu terkejut saat bagun dipagi hari. Bagaimana tidak karena saat aku melihat jam di kamarku telah menunjukkan pukul 6.30 pagi. Aku langsung bergegas bangun dan menuju kamar mandi yang ada tepat di samping kamarku. Karena terburu-buru aku sampai lupa membawa handuk. Aku pun kembali lagi ke kamar untuk mengambil handuk. Karena panik juga, aku hampir saja jatuh karena terpeleset di dalam kamar mandi.
Tanpa membuang waktu, aku langsung saja mandi dengan cepat. Setelah mandi, aku berpakaian sekolah dan sarapan pagi secukup waktuku. Setelah itu, aku langsung pergi ke sekolah dengan mengendarai sepeda motor.
Sesampainya di sekolah ternyata upacara bendera telah dimulai. Aku datang dengan agak berlari untuk bergabung dengan barisan kelasku. Tiba-tiba datanglah satu guru yang menghampiriku dan memintaku untuk berada di antara anak-anak yang tidak lengkap membawa atribut dan datang terlambat. Guru itupun juga memotong rambutku yang dinilai panjang dan aku lupa untuk menolaknya. Padahal aku sudah diperingatkan dari minggu lalu.
Kemudian, upacara pun selesai. Aku di minta untuk tetap tinggal di lapangan dan mendengarkan pengarahan yang diberikan oleh guru kedisiplinan tentang tata tertib sekolah. Setelah itu, aku masuk ke dalam kelas. Entah apa yang aku pikirkan, aku juga lupa mengerjakan pr yang diberikan guruku untuk di kumpulkan hari ini. Karena tidak mengerjakan, akupun mendapat hukuman untuk membuat kliping tentang iklan dari koran.
Hari menunjukkan pukul 3 sore, sudah waktunya pulang. Dengan rambut yang tidak karuan dan rasa menyesal yang dalam aku pulang ke rumah. Hari ini benar-benar hari yang berat buatku. Perasaan menyesal dan kesal bercampur menjadi satu. Tapi, aku menajdi belajar dari kejadian ini. Setelah meletakkan tas dan mengganti baju, aku langsung pergi ke salon untuk memotong rambjutku. Kemudian, aku mandi dan setelah itu aku mengerjakan tugas kliping yang tadi diberikan oleh guruku. Aku akan berusaha untuk tidak mengulangi lagi ketidakdisiplinanku.Tarawih Bersama Kawan-Kawan
Pada hari Senin, 27 Juni 2016, saya bersama teman-teman remaja masjid menjaga takjil di masjid sentral perumahan. Kegiatan ini rutin dilakukan ketika akan berbuka puasa. Tetapi pada hari ini, saya dan dua teman saya mengalami pengalaman yang sangat seru dan menyenangkan. Kami melakukan tarawih di luar perumahan bersama-sama.
Setelah sholat Maghrib, kami memberikan takjil kepada para jamaah. Saya bercerita tentang pengalaman tarawih di luar perumahan selama bulan Ramadhan tahun ini. Salah satu teman saya, Wahyu ingin ikut-ikutan juga. Dia juga mengajak temannya, Aldin. Sebelum berangkat dari masjid, Wahyu pulang ke rumahnya untuk makan besar. Tetapi, saya menunggu dia lama sekali. Sambil menunggu, saya berbincang-bincang tentang suasana tempat yang akan saya kunjungi itu bersama Aldin dan Mbak Ayu. Masing-masing dari kami bertukar pengalaman, sehingga bisa menambah wawasan.
Ketika Wahyu datang kembali ke masjid, dia langsung mengajak Aldin untuk naik ke motornya. Kemudian saya mengingatkan bahwa mereka harus mempersiapkan helm untuk perjalanan nanti. Setelah itu, saya disuruh duluan oleh mereka, karena mereka ingin pulang untuk mencari helm. Karena itu, saya langsung menunggu mereka di depan Balai RW 09. Setelah beberapa lama menunggu, mereka datang, tetapi mereka tidak memakai helm, melainkan dengan kopiah. Saya sempat menegur mereka karena tidak memakai helm, karena perjalanan yang ditempuh melewati tengah kota. Tetapi mereka menjawab bahwa tidak ada helm di rumah mereka. Saya mengingatkan lagi agar ke depannya mereka berdua diwajibkan memakai helm. Setelah itu, perjalanan pun dimulai. Mereka pun membuntuti saya dari belakang, karena Wahyu, yang mengemudikan motor di belakang saya, tidak hafal jalan kota. Sedangkan Aldin, hafal sebagian dari jalan kota, walaupun jarang ke kota setelah menetap di pondok sejak tahun 2013.
Ketika dalam perjalanan, saya merasa kurang yakin bahwa mereka aman di perjalanan. Ketika sampai di Jalan Laksda Adi Sucipto, saya tidak berani mengajak mereka ke jalan kembar utama kota, karena mereka tidak memakai helm. Jadi mereka saya lewatkan di Jalan Simpang Laksda Adi Sucipto, jalan tidak bermarka yang agak sempit.
Ketika azan Isya berkumandang, kami masih berada di Jalan Bungur. Wahyu kemudian bertanya tentang tempat kami bisa sholat. Kemudian saya menjawab bahwa kami bisa sholat di masjid di Jalan Kalpataru, tepatnya di Masjid Muawanah. Setelah itu langsung saya tunjukkan lokasi masjid itu. Setelah sampai di Masjid Muawanah, kami memarkir sepeda motor dengan arah yang sama, ke arah barat. Wahyu belum mengerti tempat wudhu dari masjid ini, jadi ia sempat pergi ke arah toilet, yaitu di sebelah barat. Sebenarnya tempat wudhu berada di sebelah timur. Setelah wudhu, kami langsung memasuki masjid dan melaksanakan sholat Isya. Jamaah disana berjumlah setengah daripada ketika awal Ramadhan.
Setelah sholat Isya, kami mendengarkan sebuah kultum. Tidak seperti biasanya, kultum tersebut berlangsung sebentar. Walaupun begitu, isi dari kultum tersebut sangat penting, yaitu tentang apa yang harus gencar dilakukan pada akhir Ramadhan. Kami pun hanya melaksanakan sholat tarawih 8 rokaat, karena kami tidak berada di perumahan tempat kami tinggal. Masjid itu berada kurang lebih 11 km dari tempat tinggal kami. Kemudian kami melakukan sholat witir 3 rokaat sendiri-sendiri. Setelah seluruhnya selesai, saya mengajak Wahyu dan Aldin menuju sekolah saya, SMAN 3 Malang. Seperti sebelumnya, saya memandu mereka menuju tempat tersebut. Kami mengambil rute yang sama seperti angkot ABG (Arjosari – Borobudur – Hamid Rusdi (dulu di Gadang)). Tetapi di perempatan jalan utama kota, kami belok kanan menuju Jalan Jaksa Agung Suprapto, kemudian belok kiri ke Jalan Dr. Cipto melewati SMPN 3 Malang, kemudian kembali lagi ke rute angkot ABG.
Ketika sampai di pertigaan Jalan Pajajaran, kami terpisah. Saya belok kanan ke Jalan Pajajaran, karena jalan tersebut merupakan rute terdekat menuju sekolah itu. Sedangkan Wahyu dan Aldin lurus menuju arah stasiun. Saya melihat ke belakang, kemudian mencari mereka. Saya bertanya kepada tukang parkir, penjual makanan, sampai pedagang kaki lima, yang jelas berada di pinggir jalan. Saya hubungi mereka berkali-kali dengan ponsel saya, mereka pun tidak menjawab serta membalas juga. Ketika saya bertanya kepada penukar uang di pinggir Jalan Pattimura serta para pembeli yang ada disana, mereka melihat sepeda motor yang ditumpangi dua orang berbaju putih, tidak memakai helm, dan memakai kopiah menuju ke arah timur. Prediksi saya menandakan bahwa yang mereka maksud adalah Wahyu dan Aldin. Saya juga memprediksi bahwa mereka menuju arah pulang ke rumah. Saya langsung berterima kasih kepada mereka, kemudian saya menuju ke arah timur. Saya merasa sedih, khawatir, dan harus bertanggung jawab atas kejadian itu.
Ketika sampai di Jalan Mayjend. M. Wiyono, saya bertanya kepada penjual bakpao dengan pertanyaan yang sama. Beliau tidak melihat sepeda motor lewat yang ditumpangi dua orang berbaju putih, tidak memakai helm, dan memakai kopiah. Setelah itu, saya duduk di tempat duduk yang disediakan, sebuah kertas kardus. Saya juga bercerita kepada beliau bahwa baterai saya baru saja habis setelah menghubungi Aldin, tetapi Aldin tidak segera menjawab. Kemudian penjual bakpao tersebut langsung menyediakan charger agar ponsel saya bisa dipakai lagi. Ketika itu, pembeli bakpao bertanya kepada saya penyebab saya bersedih dan khawatir. Saya menjawab bahwa saya kehilangan dua teman saya. Saya juga menceritakan kepada pembeli bakpao tersebut tentang saat-saat saya berpisah dari Wahyu dan Aldin. Kemudian saya bertanya tentang alamat rumah dari pembeli tersebut. Beliau menjawab bahwa beliau tinggal di Jalan Werkudoro, kemudian beliau pulang menuju ke rumah beliau dengan membawa bakpao. Setelah itu, saya sempat berbincang-bincang sebentar dengan penjual bakpao. Setelah menunggu beberapa lama, Aldin baru saja membaca pesan itu. Ternyata, Aldin sudah berada di masjid sentral perumahan dan melaksanakan tadarus. Setelah saya tahu hal itu, saya langsung berterima kasih kepada penjual itu dan langsung menuju masjid sentral perumahan.
Saya langsung meminta maaf kepada Aldin karena saya merasa bahwa saya meninggalkannya. Tetapi dia memaklumi kesalahan itu, karena dia tidak tahu bahwa kami telah beda jalur untuk menuju ke tempat yang sama. Ternyata dia sudah menunggu lama di depan sekolah itu. Saya juga sempat berada disana, tetapi saya tidak bertemu mereka. Saya juga bertemu, bertegur sapa, dan berbincang-bincang dengan para orang tua yang sedang melakukan ramah tamah di halaman masjid. Setelah itu, saya menuju ke rumah Wahyu untuk meminta maaf pula. Wahyu juga memaklumi kesalahan itu dengan alasan yang sama. Dia juga menjelaskan rute yang diambilnya, berbeda dengan rute saya. Rencananya, kami akan melaksanakan tarawih bersama di luar perumahan lagi tahun depan, atau bisa lebih cepat lagi. Semuanya tergantung pada keadaan masing-masing. Akhirnya, perjalanan kami selesai dengan damai. Sungguh perjalanan yang menyenangkan.
Pengalaman Liburan Sekolah
Pengalaman menyenangkan saya Di saat liburan sekolah ,saya dan teman teman saya pergi berlibur ke rumah orang tua teman saya yang terletak di padalarang .kami ingin segera sampai di tujuan tersebut dan kami pun memutuskan untuk pergi kesana menggunakan sebuah angkutan kota yang di sebut kereta api agar cepat sampai tujuan .
saat perjalanan menuju rumah teman saya ,saya membeli oleh oleh dulu untuk orang tua teman saya .
sore itu saat kami sampai di tujuan ,kami pun langsung menuju rumah teman saya dan saat masuk ke rumah nya kami langsung bersalaman kepada orang tua teman saya yang sudah menunggu di rumah nya dan kami pun langsung memberikan oleh oleh yang tadi di beli di perjalanan .dan kami pun istirahat dulu sejenak dan meminun segelas teh yang di seduh dengan air dingin ..
setelah cukup beristirahat ,kami langsung menuju ke persawahan milik teman saya dan disana saya dan teman teman saya menikmati pemandangan alam yang indah menakjubkan ,karena udara nya masih sejuk dan hamparan sawah pun masih luas dan sungai sungai pun air nya masih mengalir jernih .kami pun tidak sia sia karena telah di ajak oleh seorang teman saya untuk berlibur ke kampung halaman nya itu ..
saat sore menjelang maghrib tiba ,kami bergegas untuk kembali pulang .dan kami tidak lupa untuk berpamitan kepada orang tua teman saya ..
saat akan pulang ke rumah ,saya menuju stasiun terlebih dahulu dahulu untuk membeli tiket kereta api .saat kami mengantri untuk membeli sebuah tiket ternyata dompet teman saya mendadak hilang karena di curigai adanya pencopet . teman saya pun binggung karena tidak ada lagi uang yang tersisa di saku nya dan dia tidak bisa membeli tiket ,dan tidak jauh dari stasiun kereta itu kami memutuskan untuk mencari dompet teman saya dulu yang barang kali terjatuh di dekat stasiun .
ternyata ,dompet teman saya sudah di temukan dan isinya pun tetap utuh ,untung saja tidak ada barang yang hilang .dompet teman saya terjatuh karena teman saya tidak benar memasukan dompet nya ke dalam saku celana nya .dan kami pun kembali mengantri untuk membeli tiket kereta..
dan tidak lama kemudian ,kereta pun datang dan kami bergegas untuk naik ke kereta tersebut ,sesampai nya di stasiun bandung ,kami langsung menaiki sebuah angkutan umun lagi untuk memperdekat jarak pulang ke rumah ,setelah sampai di depan jalan raya yang dekat dengan rumah masing masing ,kami pun berpisah untuk pulang ke rumah masing masing ..
SELESAI ..
saat perjalanan menuju rumah teman saya ,saya membeli oleh oleh dulu untuk orang tua teman saya .
sore itu saat kami sampai di tujuan ,kami pun langsung menuju rumah teman saya dan saat masuk ke rumah nya kami langsung bersalaman kepada orang tua teman saya yang sudah menunggu di rumah nya dan kami pun langsung memberikan oleh oleh yang tadi di beli di perjalanan .dan kami pun istirahat dulu sejenak dan meminun segelas teh yang di seduh dengan air dingin ..
setelah cukup beristirahat ,kami langsung menuju ke persawahan milik teman saya dan disana saya dan teman teman saya menikmati pemandangan alam yang indah menakjubkan ,karena udara nya masih sejuk dan hamparan sawah pun masih luas dan sungai sungai pun air nya masih mengalir jernih .kami pun tidak sia sia karena telah di ajak oleh seorang teman saya untuk berlibur ke kampung halaman nya itu ..
saat sore menjelang maghrib tiba ,kami bergegas untuk kembali pulang .dan kami tidak lupa untuk berpamitan kepada orang tua teman saya ..
saat akan pulang ke rumah ,saya menuju stasiun terlebih dahulu dahulu untuk membeli tiket kereta api .saat kami mengantri untuk membeli sebuah tiket ternyata dompet teman saya mendadak hilang karena di curigai adanya pencopet . teman saya pun binggung karena tidak ada lagi uang yang tersisa di saku nya dan dia tidak bisa membeli tiket ,dan tidak jauh dari stasiun kereta itu kami memutuskan untuk mencari dompet teman saya dulu yang barang kali terjatuh di dekat stasiun .
ternyata ,dompet teman saya sudah di temukan dan isinya pun tetap utuh ,untung saja tidak ada barang yang hilang .dompet teman saya terjatuh karena teman saya tidak benar memasukan dompet nya ke dalam saku celana nya .dan kami pun kembali mengantri untuk membeli tiket kereta..
dan tidak lama kemudian ,kereta pun datang dan kami bergegas untuk naik ke kereta tersebut ,sesampai nya di stasiun bandung ,kami langsung menaiki sebuah angkutan umun lagi untuk memperdekat jarak pulang ke rumah ,setelah sampai di depan jalan raya yang dekat dengan rumah masing masing ,kami pun berpisah untuk pulang ke rumah masing masing ..
SELESAI ..
Bolos Sekolah
Adzan Maghrib pun berkumandang. Fikri segera melaksanakan sholat maghrib berjamaah bersama Ibunya. Setelah melaksanaka sholat maghrib ia meminta doa kepada Allah agar dia kelak saat dewasa nanti menjadi orang shaleh dan menjadi orang yang sukses. Dia juga tidak lupa untuk mendoakan ayahnya yang telah meinggal saat Fikri masih kecil. Karena sejak saat itu Ibunya Fikri menjadi tulang punggung dengan bekerja sebagai Karyawan swasta di sebuah perusahaan ternama. Keesokan harinya, Fikri dan teman – temannya berjanji untuk bermain sepak bola di lapangan depan perumahan mereka. “Ibu, Fikri izin bermain sepak bola dulu ya bu?.” Izin Fikri kepada ibunya. “Iya, kamu boleh bermain sepak bola asalkan, sebelum maghrib sudah sampai di rumah.” Jawab ibu kepada Fikri. “Iya, Fikri janji bu.” sahut Fikri kepada ibunya. Fikri pun langsung pergi meninggalkan rumah dengan mengendarai sepedanya menyusuri jalan perumahan yang basah karena hujan baru saja mengguyur tempat itu.
Sesampai tiba di depan rumah Fikri, dia langsung berterima kasih kepada Doni karena Doni telah mengantarkan Fikri ke rumahnya. “Don, maaf sudah membuat kamu repot mengantarkan aku ke rumah.” Permintaan maaf Fikri kepada Doni. “tidak apa – apa Fik lagipula kan aku sudah membuat kaki kanan kamu terluka tadi saat bermain sepak bola seharusnya aku yang minta maaf bukan kamu.” Jawab Doni kepada Fikri. “Iya aku sudah maafin kamu kok, terima kasih Fik sudah antar aku ke rumah.” Sahut Fikri. “Iya, sudah ya Fik aku mau pulang ke rumah dulu nanti dimarahi oleh Ibu kalau pulang setelah maghrib.” Pamitnya kepada Fikri. “Iya, hati-hati di jalan. “ Sahutnya
Fikri pun masuk rumah sambil menahan rasa sakit pada kaki kanannya. “Assalamualaikum bu, Fikri pulang.” Salamnya sambil membuka pintu rumah. “Wallaikumsalam, akhirnya kamu pulang juga ibu sudah siapkan makanan buat makan malam.” Jawab Ibu kepada Fikri. “I..iya bu.” Kata fikri sambil menahan rasa sakit pada kakinya. “Kaki kamu kenapa Fik?” tanya Ibu kepada Fikri. “Iya bu ini tadi Doni tidak sengaja menyenggol kaki Fikri sampai aku terjatuh.” Jawab Fikri kepada Ibunya. “Oh, ya sudah sana mandi setelah itu obati luka yang ada pada kakimu.” Jawab Ibu kepada Fikri. “Baik bu.” Sahut Fikri kepada ibunya.
Setelah Fikri melaksanakan Sholat maghrib ia pun langsung bergegas menuju ke ruang makan dan menyantap makan malam itu. “ Fik, bagaimana masakan ibu enak tidak?.” Tanya ibu kepada Fikri. “Alhamdulillah, enak bu.” jawabnya. “Oh iya Fik ibu punya hadiah buat kamu.” Kata ibu. “Hadiah apa bu?” tanya Fikri kepada ibunya. Ibunya segera mengeluarkan sebungkus kotak yang masih terbungkus dengan rapih. “Ini ibu membelikan kamu sebuah ponsel kebetulan ibu dapet rejeki hari ini.” kata Ibu sambil memberikan ponsel kepada Fikri. “Terima kasih bu, Fikri berjanji setelah dibelikan ponsel Fikri akan lebih giat lagi dalam belajar.” Sahutnya. “Bagus Fikri Ibu suka kalau kamu akan lebih giat lagi setelah kamu diberikan ponsel baru.
Keesokan harinya saat Fikri tiba di sekolah, Kelas sudah mulai rame tidak seperti biasanya. Suasana kelas bercampur aduk ada yang sedang mengobrol dan ada pula yang sedang bermain ponsel dengan asiknya. “Hai Fikri.” Panggil Rio kepada Fikri teman sebangkunya. Fikri pun lansung duduk disebelah Rio. Bel masuk pun telah berbunyi dan pelajaran pun akan dimulai. Pelajaran pertama yaitu kimia oleh Bapak Widi. Beliau pun masuk lalu menyuruh ketua kelas untuk memimpin doa. Saat pelajaran dimulai Rio hanya fokus kepada ponselnya saja. “Rio,sstt Rio udah berhenti main ponselnya.” tegur Fikri kepada Rio dengan nada pelan. “Kenapa?, tanggung ini lagi seru mainnya.” Jawab Rio. “Nanti kamu kena marah sama pak guru.” Tegur Fikri kepada Rio. Ternyata diam-diam Pak Widi memperhatikan mereka yang sedang berbisik-bisik itu. “Fikri dan Rio apa yang sedang kalian bicarakan? Dari tadi kalian hanya berbicara saja.” tegur Pak Widi kepada mereka berdua. “Nggh ini pak si Rio.. si Rio..” jawab Fikri dengan rag-ragu. “Ada apa dengan Rio, Fikri?” potongnya. “Si Fikri dari tadi tidak memperhatikan selama Bapak menjelaskan tadi.” jawab Fikri. “Apa benar Rio kamu tidak memperhatikan pada saat Bapak menjelaskan di papan tulis tadi?” tanya Pak Widi kepada Rio. “I..iya pak.” jawab Rio dengan terbata-terbata. Tanpa pikir panjang Pak Widi segera bergegas menuju tempat duduk mereka berdua. “Coba keluarkan ponselmu.” Tegur Pak Widi kepada Rio dengan nada marah. “B.. Baik ini pak.” sahutnya Rio sambil megeluarkan ponsel dan memberinya kepada Pak Widi. “Pasti ponsel ini yang membuat kamu tidak memperhatikan Bapak tadi, benar bukan?” tanya Pak Widi, “Iya pak.” jawabnya dengan lesu dan menahan malu. “Mulai hari ini Bapak akan memegang sementara ponsel ini kalau kamu ingin ponsel ini kembali, temui Bapak bersama orang tua kamu besok di ruang guru.” kata Pak Widi dengan tegas. Pak Widi pun langsung melanjutkan pelajaran hingga bel istirahat berbunyi
Bel istirahat pun berbunyi, Pelajaran Pak Widi pun selesai. Semua siswa keluar kelas untuk menuju ke kantin. Tapi tidak dengan Rio dia hanya tertunduk lesu dan lemas mungkin karena ponsel dia disita oleh Pak Widi. “Kamu kenapa Rio dari tadi kok lemas?” tanya Fikri. “Iya, aku malu kalau sampai besok orang tua aku harus menghadap Pak Widi apalagi masalahnya tentang ponsel tadi.” jawab Rio dengan nada agak kesal. “Oh, soal tadi lagian kamu kenapa tidak mau dengar nasihat aku tadi jadi ponsel kamu disita.” jawab Fikri kepada Rio. “Tadi itu aku sedang keasikan kirim pesan sama teman lama aku.” jawab Rio. “Ya sudah kamu bilang aja ke orang tua kamu tentang masalah ini secara baik-baik siapa tahu orang tua kamu bisa mengerti maksud kamu tanpa harus marah-marah.” sahut Fikri. “Tidak tahu lah , aku pusing mikirin soal masalah ini.” jawab Rio sambil meninggalkan Fikri. Bel masuk pun berbunyi, selama pelajaran berlangsung tampak dari muka Rio yang murung karena memikirkan masalah yang tadi bagaimana dia harus memberitahu masalah itu kepada orang tuanya karena kedua orang tua Rio bekerja di luar negeri bahkan saat pengambilan hasil nilai semester lalu pun di wakilkan oleh bibinya. Bel pulang pun berbunyi Fikri lansung bergegas pulang ke rumahnya.
Keesokan harinya, bel masuk pun sudah berbunyi tetapi Rio belum datang ke sekolah. tidak ada yang tahu kabar Rio apakah dia sakit atau izin yang jelas Rio tidak datang ke sekolah hari ini. Saat bel istirahat pun Pak Widi juga menanyakan kepada teman – teman di kelas mengapa Rio tidak datang sekolah padahal hari ini dia mempunyai janji untuk membawa orang tua Rio ke sekolah. Akhirnya Fikri memutuskan untuk ke rumah Rio seusai pulang sekolah bersama Badu dan Doni.
Bel pulang pun telah berbunyi. Fikri,Badu dan Doni berniat untuk mengunjungi rumah Rio. Saat tiba di rumah Rio, Fikri pun langsung menekan bel yang ada di depan pagar ruamah Rio. “Assalamualaikum, Rio!” panggil Fikri dengan nada keras. “Wallaikumsalam, eh ada Fikri,Badu dan Doni. Ayo, silakan masuk!” ajaknya Bibi kepada mereka. “Terima kasih bi, tidak usah masuk takut ngerepotin bibi.” jawab Badu kepada Bibi. “Sebenarnya ke datangan kami kesini untuk menanyakan mengapa Rio tidak masuk ke sekolah hari ini, memang mengapa Rio tidak masuk ke sekolah hari ini?” tanya Doni kepada Bibi. “Lho, bukannya hari ini Rio datang ke sekolah?” jawab Bibi dengan kaget. “Tidak bi, seharian ini Rio tidak datang ke sekolah padahal Pak Widi menayakan kabar Rio.” jawab Fikri. “Tadi pagi Rio sudah izin kepada bibi sambil mengenakan seragam sekolah.” jawab Bibi. “Tapi kami tidak melihat Rio, bi padahal Rio sudah punya janji untuk menghadap Pak Widi bersama orang tua.” jawab Fikri. “Rio, juga tidak cerita kepada bibi kalau hari ini dia dipanggil untuk menghadapa Pak Widi bersama orang tua, memang ada apa dengan Rio?” tanya Bibi kepada mereka. “Begini bi, pada saat pelajaran Pak Widi, Rio tidak memperhatikan dia hanya asik dengan ponselnya sehinnga Rio ditegur dan dimarahi oleh Pak Widi serta beliau menyita ponsel milik Rio karena itu ponsel milik akan di kembalikan apabila orng tuanya telah menghadap Pak Widi.” Kata Fikri menjelaskan masalah yang terjadi. “Oh jadi begitu, itu si Rio baru pulang.” jawab Bibi sambil menujuk ke arah Rio. “Maaf bi, Rio tidak meberitahukan masalah ini kepada bibi.” kata Rio sambil tertunduk lesu. “Iya tidak apa – apa lain kali kalau ada masalah seperti ini langsung bilang ke bibi.” Nasihat Bibi kepada Rio. “Iya, benar kata Bibi, Rio.” sahut Badu. “Jadi besok kamu masuk ke sekolah kan?” tanya Fikri. “Iya besok aku akan pergi ke sekolah” jawab Rio. “Bi, kami izin pamit pulang dulu. Assalamualaikum.” pamitnya Doni kepada Bibi “Iya, wallaikumsalam hati-hati di jalan. Mereka pun bertiga bergegas ke rumah masing – masing sedangkan Bibi tetap melaporkan masalah ini kepada kedua orang tua Rio.
Esok paginya. Bibi Rio yang menghadap Pak Widi karena kedua orang tua Rio tidak bisa datang ke sekolah karena mereka masih ada urusan pekerjaan di luar negeri. Pak Widi pun mengembalikan ponsel milik Rio dengan syarat dia harus berjanji untuk tidak mengulangi kesalahannya lagi dan Rio pun menerima janji itu.
-SELESAI-
Demikianlah Artikel Kumpulan Pengalaman Pribadi 2016
Sekianlah artikel Kumpulan Pengalaman Pribadi 2016 kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Kumpulan Pengalaman Pribadi 2016 dengan alamat link https://simple-latest.blogspot.com/2016/10/kumpulan-pengalaman-pribadi-2016.html
0 Response to "Kumpulan Pengalaman Pribadi 2016"
Post a Comment